Menjauhi Syubhat dan Menjaga Diri dari Prasangka Buruk
Menjauhi Syubhat dan Menjaga Diri dari Prasangka Buruk adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 6 Jumadil Awal 1447 H / 28 Oktober 2025 M.
Kajian Tentang Menjauhi Syubhat dan Menjaga Diri dari Prasangka Buruk
Pembahasan ini diambil dari hadits mulia yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Safiyah binti Huyay Radhiyallahu ‘Anha.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah suatu ketika sedang beriktikaf, maka aku datang untuk menjenguk beliau pada malam hari. Aku berbincang-bincang dengan beliau, kemudian aku berdiri untuk pulang, maka beliau juga berdiri bersamaku untuk mengantarku pulang. Lalu lewatlah dua orang laki-laki dari Anshar Radhiyallahu ‘Anhuma. Ketika mereka melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (bersama seorang wanita), mereka bergegas (mempercepat langkah). Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
عَلَى رِسْلُكُمَا إنَّهَا صَفِيَّةُ بنتُ حُيَيٍّ
‘Pelan-pelanlah! Sesungguhnya dia adalah Safiyah binti Huyay (istriku).’ Mereka berdua berkata: ‘Subhanallah wahai Rasulullah (kami tidak menyangka apapun kepada engkau)!’ Beliau bersabda:
إنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ، وَإنِّي خَشِيتُ أنْ يَقذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرا أوْ قَالَ: شَيْئاً
‘Sesungguhnya setan itu mengalir dalam diri manusia pada urat-urat mereka, bersama aliran darah. Dan aku khawatir setan akan membisikkan keburukan pada hati kalian berdua,’ atau beliau berkata: ‘sesuatu.`” (Muttafaq ‘Alaih – Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa setiap hamba hendaknya berhati-hati dan tidak menjerumuskan diri ke dalam perkara syubhat. Peristiwa ini memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga diri, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia khawatir setan bisa membisikkan prasangka buruk kepada dua sahabat Anshar. Oleh karena itu, beliau segera menjelaskan identitas istrinya, agar tidak timbul prasangka buruk.
Pelajaran ini mengajarkan untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam syubhat dan pentingnya memberikan kejelasan, termasuk dalam pergaulan, agar tidak menimbulkan kecurigaan. Seorang dai atau mubalig tidak boleh membuat orang lain berprasangka buruk kepadanya atau curiga karena perbuatannya.
Beberapa pelajaran penting dari hadits ini, di antaranya:
1. Iktikaf adalah Sunah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Iktikaf adalah salah satu sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, terutama di bulan Ramadhan, khususnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Umat Islam dianjurkan melaksanakannya agar dapat berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, berdzikir, berdoa, dan amal ibadah lainnya.
Tempat iktikaf harus di masjid yang menyelenggarakan shalat Jumat. Hal ini dimaksudkan agar orang yang beriktikaf tidak keluar dari masjid untuk melaksanakan shalat Jumat yang hukumnya wajib, karena keluar dari masjid dapat membatalkan iktikaf.
2. Hukum Berinteraksi dengan Istri saat Iktikaf
- Seorang istri dibolehkan datang menemui suaminya yang sedang beriktikaf untuk membicarakan hal-hal tertentu.
- Suami dibolehkan berbincang-bincang berdua dengan istrinya saat iktikaf. Hal ini tidak membatalkan iktikaf.
- Yang dilarang dan membatalkan iktikaf adalah menggauli istri.
3. Menolak Syubhat dan Menjaga Diri
Hadits ini menjelaskan upaya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menolak syubhat dan menjaga diri beliau dari prasangka buruk. Beliau menjelaskan kepada dua orang Anshar bahwa wanita yang bersamanya adalah istri beliau.
4. Setan Masuk ke Tubuh Manusia
Hadits ini menjelaskan bahwa setan dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan mengalir bersama darah. Disebutkan oleh para ulama, yang pertama kali diinginkan setan ketika masuk ke dalam diri manusia adalah ingin menguasai hati. Sebab hati adalah pengendali perbuatan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihat juga: Hadits Arbain Ke 6 – Hadits Tentang Syubhat
Oleh karena itu, setiap Muslim harus memperhatikan dan menjaga hati dan selalu berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan dan bisikan setan.
5. Memperhatikan Perkara Kecil
Kita harus waspada karena meremehkan hal kecil dapat menyeret kepada hal yang lebih besar. Jangan menjerumuskan diri ke dalam syubhat yang membuat orang berprasangka buruk.
Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa wanita itu adalah istrinya, kedua sahabat Anshar tersebut terkejut dan mengucapkan ” Subhanallah,” sebagai penegasan bahwa mereka tidak akan berprasangka buruk. Namun, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tetap menegaskan kejelasan itu untuk mencegah terjadinya syubhat, mengajarkan kepada kita tentang pentingnya tindakan preventif.
Hal ini menguatkan anjuran untuk menjaga diri dari tempat atau hal-hal yang membuat orang berprasangka buruk. Maka penting:
- memiliki laporan yang jelas terkait harta, misalnya keuangan masjid atau zakat mal, agar tidak menimbulkan kecurigaan.
- memberikan kejelasan mengenai pergaulan atau teman berdakwah, agar tidak dicurigai terkait aqidah atau manhaj.
Maka handaknya berusaha membebaskan diri dari hal-hal yang menimbulkan kecurigaan manusia kepada kita. Kalau menggampangkan sesuatu yang kecil, ini akan menyeret kepada hal yang lebih besar.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55737-menjauhi-syubhat-dan-menjaga-diri-dari-prasangka-buruk/
 Sifat Ibadurrahman (Bag. 5): Menjauhi Majelis Kebatilan, Mengagungkan Firman Allah, dan Perhatian dalam Berdoa
 Sifat Ibadurrahman (Bag. 5): Menjauhi Majelis Kebatilan, Mengagungkan Firman Allah, dan Perhatian dalam Berdoa